Satelit NASA Kuak Titik Merah di NTT dan Timor Leste - Sementara hujan telah
mengguyur sebagian wilayah nusantara, di lokasi lain kekeringan masih
terjadi. Kabut asap akibat kebakaran hutan masih mengepul, memperpendek
jarak pandang, membuat warga masyarakat sesak nafas.
Tak hanya memicu keluhan warga dan protes dari negeri jiran yang mendapat kiriman asap, kebakaran hutan di wilayah Indonesia dan sekitarnya juga dipantau Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Kebakaran hutan yang melanda wilayah Timor Leste dan Nusa Tenggara Timur, Indonesia direkam oleh instrumen Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang berada dalam Satelit Aqua milik NASA.
Titik-titik api yang terdeteksi oleh MODIS pada Minggu 16 September 2012 lalu, ditandai dengan warna merah.
Seperti dimuat situs NASA, kebakaran yang terjadi diduga kuat akibat praktik tak bertanggungjawab perusahaan atau perorangan yang membuka lahan dengan cara membakar hutan. Ini adalah cara paling mudah dan murah untuk menyingkirkan pepohonan, sekaligus mendapatkan nutrisi pupuk murah dari abu gambut yang bersifat asam.
Kebakaran salah satunya melanda hutan lindung Bangga Rangga di Manggara Timur Nusa Tengara Timur. Itu adalah peristiwa keempat kalinya. Akibatnya, 25 hektar areal hutan ludes terbakar.
"Pelaku pembakaran hutan diduga kuat dilakukan mereka yang selama ini mengincar kawasan ini untuk dijadikan peladangan liar. Mereka berasal dari sejumlah desa yang bermukim di sekitar Bangga Rangga," kata Kepala Badan Konservasi dan Sumberdaya Alam Wilayah Ruteng, Ora Yahanes kepada VIVAnews.
Dugaan menguat, hutan Bangga Rangga yang terkenal rimba itu sedang "dikeroyok" para perambah dari berbagai Desa di Kecamatan Poco Ranaka. Selain rusak karena dibakar, hutan ini gundul akibat penebangan liar untuk dijadikan lahan perkebunan.
Dari 32.246 hektar hutan, sebanyak 3.500 hektar sudah dijadikan perkebunan liar. Jika ditambah dengan lokasi yang terbakar, maka luas areal yang rusak mencapai 3.525 hektar.
Sebelumnya, NASA juga pernah memantau polusi kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia November 2006 lalu.
Kebakaran melepaskan sejumlah besar partikel debu jelaga dan debu kecil yang disebut aerosol yang menimbulkan polusi.
Tak hanya memicu keluhan warga dan protes dari negeri jiran yang mendapat kiriman asap, kebakaran hutan di wilayah Indonesia dan sekitarnya juga dipantau Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Kebakaran hutan yang melanda wilayah Timor Leste dan Nusa Tenggara Timur, Indonesia direkam oleh instrumen Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang berada dalam Satelit Aqua milik NASA.
Titik-titik api yang terdeteksi oleh MODIS pada Minggu 16 September 2012 lalu, ditandai dengan warna merah.
Seperti dimuat situs NASA, kebakaran yang terjadi diduga kuat akibat praktik tak bertanggungjawab perusahaan atau perorangan yang membuka lahan dengan cara membakar hutan. Ini adalah cara paling mudah dan murah untuk menyingkirkan pepohonan, sekaligus mendapatkan nutrisi pupuk murah dari abu gambut yang bersifat asam.
Kebakaran salah satunya melanda hutan lindung Bangga Rangga di Manggara Timur Nusa Tengara Timur. Itu adalah peristiwa keempat kalinya. Akibatnya, 25 hektar areal hutan ludes terbakar.
"Pelaku pembakaran hutan diduga kuat dilakukan mereka yang selama ini mengincar kawasan ini untuk dijadikan peladangan liar. Mereka berasal dari sejumlah desa yang bermukim di sekitar Bangga Rangga," kata Kepala Badan Konservasi dan Sumberdaya Alam Wilayah Ruteng, Ora Yahanes kepada VIVAnews.
Dugaan menguat, hutan Bangga Rangga yang terkenal rimba itu sedang "dikeroyok" para perambah dari berbagai Desa di Kecamatan Poco Ranaka. Selain rusak karena dibakar, hutan ini gundul akibat penebangan liar untuk dijadikan lahan perkebunan.
Dari 32.246 hektar hutan, sebanyak 3.500 hektar sudah dijadikan perkebunan liar. Jika ditambah dengan lokasi yang terbakar, maka luas areal yang rusak mencapai 3.525 hektar.
Kebakaran melepaskan sejumlah besar partikel debu jelaga dan debu kecil yang disebut aerosol yang menimbulkan polusi.
0 Response to "Satelit NASA Kuak Titik Merah di NTT dan Timor Leste"