Google menolak permintaan Gedung Putih untuk mencabut penayangan film anti-Islam, "Innocence of Muslims", di YouTube, yang telah memicu gelombang protes anti-Amerika di negara-negara Muslim.
"Kami telah membatasi akses video itu itu di negara-negara di mana itu dinyatakan ilegal, seperti di India dan Indonesia, serta di Libya dan Mesir, mengingat situasi yang sangat sensitif di negara-negara itu," demikian pernyataan resmi Google kepada Reuters, Minggu 16 September 2012.
Google menyatakan lebih memilih menerapkan kebijakan membatasi akses ke klip-klip video di YouTube daripada berurusan dengan hukum atau tekanan politik setempat.
Pejabat-pejabat Gedung Putih hari Jumat lalu meminta Google agar mempertimbangkan apakah video tersebut melanggar ketentuan YouTube. Google menyatakan video itu masih masuk batas-batas yang dibolehkan dalam ketentuan mereka.
"Kami tidak dapat dan tidak akan memberangus kekebasan berekspresi di setiap negara. Tapi kami ingin YouTube dan Google meminjau kembali penayangan video tersebut," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jay Carney.
Pernyataan itu berbeda dari sebelumnya, kemungkinan karena pemerintah AS melihat meningkatnya skala aksi protes yang berlangsung.
Hanya sehari sebelumnya, Kamis, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga keras mengutuk film itu. Namun, dia bersikeras bahwa film itu harus tetap diizinkan disiarkan berdasarkan prinsip kebebasan berekspresi.
Film "Innocence of Muslims" dibuat di California dan trailer-nya yang berdurasi 13 menit luas beredar di Internet. Film ini dikecam karena dianggap telah menghina Nabi Muhammad SAW dan menggambarkan tokoh suci umat Islam itu seperti badut.
Akibatnya, film ini langsung menyulut aksi protes. Salah satu di antaranya berlangsung rusuh di Konsulat AS di Benghazi, Libya, 11 September 2012. Duta besar AS dan tiga pejabatnya tewas. Protes kemudian menyebar ke beberapa negara-negara Muslim lainnya. Sedikitnya sudah 17 orang tewas sejak protes pertama kali berlangsung pada Selasa lalu.
"Kami telah membatasi akses video itu itu di negara-negara di mana itu dinyatakan ilegal, seperti di India dan Indonesia, serta di Libya dan Mesir, mengingat situasi yang sangat sensitif di negara-negara itu," demikian pernyataan resmi Google kepada Reuters, Minggu 16 September 2012.
Google menyatakan lebih memilih menerapkan kebijakan membatasi akses ke klip-klip video di YouTube daripada berurusan dengan hukum atau tekanan politik setempat.
Pejabat-pejabat Gedung Putih hari Jumat lalu meminta Google agar mempertimbangkan apakah video tersebut melanggar ketentuan YouTube. Google menyatakan video itu masih masuk batas-batas yang dibolehkan dalam ketentuan mereka.
"Kami tidak dapat dan tidak akan memberangus kekebasan berekspresi di setiap negara. Tapi kami ingin YouTube dan Google meminjau kembali penayangan video tersebut," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jay Carney.
Pernyataan itu berbeda dari sebelumnya, kemungkinan karena pemerintah AS melihat meningkatnya skala aksi protes yang berlangsung.
Hanya sehari sebelumnya, Kamis, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga keras mengutuk film itu. Namun, dia bersikeras bahwa film itu harus tetap diizinkan disiarkan berdasarkan prinsip kebebasan berekspresi.
Film "Innocence of Muslims" dibuat di California dan trailer-nya yang berdurasi 13 menit luas beredar di Internet. Film ini dikecam karena dianggap telah menghina Nabi Muhammad SAW dan menggambarkan tokoh suci umat Islam itu seperti badut.
Akibatnya, film ini langsung menyulut aksi protes. Salah satu di antaranya berlangsung rusuh di Konsulat AS di Benghazi, Libya, 11 September 2012. Duta besar AS dan tiga pejabatnya tewas. Protes kemudian menyebar ke beberapa negara-negara Muslim lainnya. Sedikitnya sudah 17 orang tewas sejak protes pertama kali berlangsung pada Selasa lalu.
Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/351695-google-tolak-cabut-film--innocence-of-muslims-
0 Response to "Google Tolak Cabut Film "Innocence of Muslims""