Kumpulan Berita Terbaru, yang Aneh dan Lucu
Loading...

Tur Hantu

Jendela terbuka di SMA 5
Ke Bandung enaknya ngapain ya? Kebanyakan pasti menjawab belanja di Factory Outlet atau wisata kuliner. Dasar saya doyannya melakukan aktivitas yang tidak biasa, saya pun asik browsing mengenai apa saja yang belum pernah saya lakukan di Bandung. Mata saya tertuju pada sebuah situs berjudul “Urban-Dung Legend” plesetan dari Urban Legend in Bandung. Dari penjelasannya sih ini termasuk tur hantu. Wah, di Eropa aja ghost tour merupakan salah satu andalan pariwisata setempat. Saya baru tau bahwa di Bandung pun ada.
Saya pun menelepon untuk booking. Katanya, “Jangan berharap terlalu banyak. Pada dasarnya ini adalah tur dengan berjalan kaki sambil diceritakan mengenai legenda di setiap gedung. Kalau mbak punya sixth sense sih lebih baik lagi, jadi bisa melihat hal-hal gaib.” Saya hanya tertawa aja karena saya adalah orang yang sangat logis dan tidak percaya hal-hal begituan. Tapi tetap aja saya males jalan sendiri, jadilah saya mengangkut kedua teman saya, Deni dan Rolan. Maka pada suatu malam jam 9, kami pun berjanji untuk bertemu dengan Ilham yang bertugas sebagai guide di Taman Belitung.
Perhentian pertama kami adalah SMA 5 yang terletak di Jl. Belitung. Dulu disebut HBS (Hogere Burger School, atau sekolah menengah Belanda) yang dibangun tahun 1902. Gedung tua ini kesannya memang angker, apalagi lampunya minim dan dikelilingi pepohonan besar nan rimbun. Ilham bercerita, “Ada seorang gadis Belanda berusia 16 tahun bernama Nancy yang punya pacar orang Indonesia. Karena pacaran antar ras maka hubungan mereka tidak disetujui sehingga Nancy bunuh diri di dalam kelas yang ada di lantai dua. Banyak yang pernah lihat sosok Nancy pakai topi berdiri di depan jendela yang terbuka itu, bahkan ada yang mendengar suara dentingan piano meski tidak ada yang main.” Dari balik pagar besi saya melongok ke jendela yang ditunjuk, tapi tidak melihat atau mendengar apa-apa. “Kalau mbak berjalan mengitari sekolah ini sebanyak tiga kali, kemungkinan besar akan melihat dia,” katanya lagi. Ih ogah! Baru aja saya tertawa dalam hati, tiba-tiba Deni menjerit, “Anjrit! Kamera gue rusak!!” Wajahnya langsung pucat, saya pun merinding berat! Kamera SLR Deni yang canggih itu tiba-tiba tidak bisa dipencet tombolnya. Hiii, kami segera kabur menyebrang jalan.
Dengan bergegas, kami melewati barak tua bekas militer Belanda. Konon di situ ada seorang pria tua berjenggot dengan pakaian gelap sering muncul di jendela yang terbuka di lantai paling atas gedung. Saya hanya jalan menunduk karena takut ketemu. Sampai di Gedung Jaarbeurs, di bagian atasnya terdapat patung tiga laki-laki telanjang. Katanya lagi, kepala patung itu suka memutar ke kiri dan ke kanan mengikuti orang yang melihatnya. Lagi-lagi saya memilih untuk tidak memandang.
Lalu kami tiba di “Rumah Kentang” di Jl. Banda di depan Taman Saparua. Rumah tua dari zaman Belanda ini seperti tidak terawat karena halamannya penuh dengan daun-daun kering yang berguguran dari pepohonan super besar. Disebut rumah kentang karena kadang kita bisa mencium bau kentang rebus dari dalam rumah tersebut. Ceritanya dulu ada seorang ibu yang sedang memasak kentang sambil menggendong bayi. Entah kenapa bayi itu jatuh masuk ke dalam kuali berisi air mendidih dan tewaslah dia. Hiii! Kami dikejutkan dengan suara Rolan, “Eh gue nyium bau kentang!”. Sementara saya dan Deni tidak mencium apa-apa selain merinding lagi dan buru-buru kabur.
Kami  berjalan terus sampai ke halaman belakang sekolah Aloysius. Katanya di sana terdapat sebuah terowongan bawah tanah yang digunakan untuk menjadi kamp konsentrasi. Ketika Jepang datang, sejumlah orang Belanda disiksa di terowongan tersebut. Meskipun telah ditutup untuk waktu yang lama, dikabarkan ada yang masih mendengar suara jeritan dari bawah halaman sekolah. Hiii!
Tiba di Taman Maluku, tiba-tiba Ilham berkata, “Coba mbak lihat di sebelah kiri.” Saya sampai terkejut melihat sebuah benda besar berwarna hitam! Ternyata itu adalah H.C. Verbaark, sebuah patung perunggu setinggi  4 meter yang dibangun pada tahun 1919. Verbaark adalah seorang pastor Katolik yang memulai pelayanannya di Aceh dan akan dikirim ke Malang. Sayangnya dia menemui ajal saat pesawatnya jatuh di Bandung. Ada dua cerita mengenai patung ini. Pertama, pada jam 12 siang, ketika lonceng Katedral yang berjarak 1 km berbunyi, kepala patung akan mengangguk-angguk. Kedua, pada malam hari jika kita memandang patung tersebut maka kepalanya akan menoleh dan menatap kita. Hiii! Tentu saya tidak melihat “tatapannya”, tapi 99% hasil foto Deni goyang meskipun sudah menggunakan tripod dan ia adalah fotografer profesional!
Ambulans jalan sendiri
Terakhir kami pergi ke “Rumah Ambulans” yang terletak di Jl. Bahureksa no.15. Saat ini, rumah telah berubah fungsi menjadi distro dengan cat kuning pada dindingnya dan kebun yang rapih. Dulunya ini adalah rumah keluarga Belanda yang tewas dalam kecelakaan mobil. Mayat sekeluarga itu pun diangkut naik ambulans ke rumah sakit. Ambulans tua dan berkarat itu masih diparkir di depan rumah dengan harapan akan membantu mereka beristirahat dalam damai. Konon ada yang melihat ambulans itu jalan-jalan sendiri tanpa supir di malam hari. Kata penunggu rumah, dia sendiri tidak pernah melihat ambulans jalan sendiri, tapi saat syuting film “Hantu Ambulans” yang dibintangi Suzanna, ada salah satu kru film yang kemasukan.
Kelar tur hantu, entah mengapa saya jadi glege’an (sendawa) setiap 30 detik sekali selama 3 hari berturut-turut! Rasanya nggak enak badan luar biasa, pegal terutama di sekitar pundak, meriang, dan sampe susah ngomong karena terus-terusan glege’an. Minum antangin, obat flu, dan dipijit pun tidak memberhentikan glege’an. Sampe saya ketemu “orang pintar” dan dia mengatakan bahwa saya kemasukan jin karena jin itu rasanya dingin sehingga rasanya seperti masuk angin. Hah?! Sementara si Rolan yang baik-baik saja di tur itu, eh sampe rumah anaknya yang berusia 4 tahun tiap malam nggak bisa tidur karena menjerit-jerit. Hari ke-3 Rolan pun membawa anaknya ke “orang pintar”. Mau tau apa katanya? “Dia dimasuki arwah perempuan muda, seperti noni-noni Belanda…”
Nah lho! Percaya atau tidak?

0 Response to "Tur Hantu"

  • Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten.
  • Komentar yang tidak diperlukan oleh pembaca lain [spam] akan segera dihapus.
  • Apabila artikel yang berjudul "Tur Hantu" ini bermanfaat, share ke jejaring sosial.
Konversi Kode